Hati ini sedih, terluka tetapi tidak berdaya. Rasanya ada relung yang hilang. Dikala harapan baru saja terpupuk dengan baik. Tetapi berantakan seketika. Rasanya asa ini tak kuat lagi tertahan. Ingin segera dikeluarkan dengan sekuat tenaga, tetapi energi sudah terkuras habis dengan kepedihan yang mematahkan tulang. Tak tersisa sedikit pun yang ada hanyalah air mata yang tak berhenti.

Sakit, rasanya sakit dan seperti terbakar habis. Tersisa hanyalah puing-puing yang rapuh. Jika tersentuh sedikit saja dengan mudah akan hancur berantakan. Itulah yang kurasakan saat ini. Cobaan tiada henti-hentinya datang padaku. Tetapi aku tetap berupaya untuk tersenyum dan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Karena hanya itulah matra yang bisa menguatkan hatiku yang hancur berkeping-keping. Satu per satu mimpiku hancur berantakan. Apakah harapanku padanya terlalu tinggi? Apakah mengharapkan seseorang yang bersimpati adalah salah? Apakah yang salah dari mencoba membuka hati lagi, setelah patah dan hancur berkeping-keping.

Biarlah air mata ini mengalir yang menandakan bahwa aku sudah tak kuasa lagi menjadi seorang yang tegar. Karena ketegaran terkadang butuh kelembutan. Kehangatan yang mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Walaupun seratus persen itu tidak lah benar adanya.

Rasa ini sudah hampir mati, selayu pohon yang akan rubuh dengan mudahnya. Rubuh karena akar yang tak bertahan menompang beban tingginya pohon itu sendiri. Biarlah semuanya berlalu, seperti angin yang bertiup perlahan dan meninggalkan jejak berantakan. Biarlah semuanya ini hanya bagian dari ilusi yang kemudian akan dilupakan seperti tak terjadi apa-apa.

Meninggalkan jejak yang mencap bagaikan pisau yang mengoreskan luka di hati. Sakit berdarah tak tertahankan. Tetapi luka itu akan sembuh seiring waktu dengan meninggalkan bekas yang tak akan bisa sesempurna dulu. Kehidupan tak lah lagi sama, namun kehidupan akan terus berjalan siap dan tak siapnya seseorang.

Duka yang mendalam membunuh perlahan, namun harapan membuatnya berdiri dengan tergopong-gopong dan tak kuasa menahan diri dan terjatuh kembali. Mengharapkan bisa mengepakan sayap, namun sayap telah terluka dan terkoyak. Hanya sisa-sisa bias yang ada. Meratap nasib yang tak pernah berubah, berkali-kali jatuh ke dalam lubang yang sama. Patah, terluka, perih. Bagaikan kata yang selalu ada dalam kehidupan ini.

Sedih itu bagaikan energi positif terserap habis dan tak tersisa. Kuatkan hati tetapi hati sudah tercambuk beribu kali menjadi biru tak terhingga. Kembali memerah membutuhkan keajaiban. Adakah keajaiban untuk mengobati hati yang terluka? Adakah obat tanpa meninggalkan jejak kepedihan dan kesakitan yang mendalam. Menusuk bagaikan ribuan jarum yang tak berhenti. Coklat yang biasanya terasa manis kini berganti menjadi pahit. Sepahit rasa yang ada.

Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health