Aku mendapat pinjaman buku dari seorang wanita nomor satu di Tanjungpinang. Aku merasa senang, bisa mendapatkan kesempatan masuk ke dalam perpustakaannya. Wanita berkulit putih itu memiliki beberapa koleksi buku dan aku merasa senang, aku pilih buku yang berjudul Mimi Lan Mintua.

Awal melihat cover buku ini terus terang kurang menarik. Namun di bawah judul besar yang menuliskan Mimi Lan Mintua, ada tulisan kisah trafficking. Em, aku langsung tertarik untuk membawanya pulang. Setiap lembaran buku karangan Remy Syladov --baru kali ini aku membaca hasil karyanya-- sangat menarik, meskipun ada beberapa lembaran yang kulewati, karena tidak sabaran untuk segera menyelesaikan buku ini.


Tokoh utama dari cerita ini adalah seorang janda, Indayati. Ia merupakan tokoh sentral dalam novel ini. Sang penulis mengawali kisah kehidupannya berawal dari kehidupan keluarga Indayati di Gunungpati, Ungaran. Sang suami, Petrus, tak lagi memiliki pekerjaan. Ia diPHK dari perusahaan milik Korea di sekitar Ungaran.

Sejak Petrus yang kemudian dipanggi Petruk ini mulai suka mabuk-mabukan dan ringan tangan terhadap istrinya. Ia tidak tahan dan memutuskan untuk meninggalkan rumah dan suaminya dengan membawa buah hati mereka, Eka. Ia mencoba memulai babak baru di rumah adik ibunya di Semarang yang bernama Bambang Sunaryo. Lik Naryo, sapaan Indayati pada Bambang.

Namun, Lik Naryo berniat memboyong keluarganya pindah ke Manado. Bambang Sunaryo, pekerja pada perusahaan tambang milik Amerika di Minahasa. Melihat kondisi Indayati yang memprihatinkan, maka diajaklah serta Indayati ikut serta ke Manado untuk tinggal bersama mereka.

Di Manado, Indayati mulai menata kembali hidupnya. Namun kehidupannya mulai terasa jemu. Karena tidak melakukan apa-apa. Ia ingin kembali bisa menghasilkan uang sendiri dan ia tidak may terus menerus enjadi beban keluarga Lik Naryo. Tapi apa daya, surat-surat berharga yang menunjukkan bahwa dia pernah menjadi pegawai apotek di perusahaan farmasi di Semarang tidak terbawa.

Suatu ketika, Indayati melewati lapangan yang saat itu banyak pengunjung yang ingin di-casting menjadi artis. Dari sinilah persoalan kehidupan Indayati berubah total. Ia tidak mengikuti casting, namun 'agen' tersebut tertarik melihat Indayati dan ia membujuk dia untuk ikut ke Bangkok.

Agen tersebut ternyata komplotan mafia yang memperjualbelikan perempuan. Indayati dan Kalyana --sepupunya-- masuk perangkap dan dibawa ke Bangkok. Di sana mereka dijadikan budak pelayan nafsu para lelaki hidung belang.

Saat di sana, Indayati diminta untuk bermain film porno, ia tidak mau. Namun, komplotan itu menyuntikan sesuatu pada tubuhnya dan dalam keadaan tidak sadar, ia di perkosa. Ia merasa kaget pada saat bangun, sudah tidak menggunakan baju dan bagian selangkangannya terasa sakit. Padahal ia sudah lama tidak melakukan hubungan badan dengan suaminya. Ia menangis di dalam kamar mandi.

Nasibnya masih beruntung, sepupunya, Kayla yang masih muda. Disuruh pose telanjang dan difoto. Foto-foto itu dipasang pada 'majalah' yang menjual ke perawanan. Namun, sayang dia diperkirakan tidak perawan. Seorang pelanggan merasa kecewa. Disitulah nasib wanita itu mengenaskan, ditembak mati pada kepalanya oleh Sindikat perdagangan perempuan internasional yang beranggotakan Ng Seng Jung, Sean PV, Kiky dan Bunda yang merupakan seorang waria yang sangat keji.

Wajah Indayati yang Waca Waka – Wanita Cantik Wajah Kampung --gelar yang belakangan diberikan kepada Indayati sebagai primadona seks-- menjadi primadona. Ada satu pelanggan yang menyukai Indayati, namun dikarenakan tubuh Indayati pernah disiksa dan banyak bekas siksaan, seperti bekas siksaan rokok yang ada di bagian dadanya. Ia meminta kepada bunda agar ia dioperasi untuk menghilangkan bekas lukanya.

''Dasar laki-laki! Mereka menyukai tubuh yang mulus, mengabaikan hati yang tulus. Mereka cuma memandang perempuan dari sudut manfaat, bukan martabat. Mereka, melulu berpikir tentang nikmat wanita, ketimbang hikmat perempuan. Mereka bukan memberdayakan tapi memperdayakan,'' gerutu Indayati saat tangan Thanh-Dam dengan tak sabar membuka kancing-kancing blusnya.

Sementara itu, Petruk semakin terbenam dalam ketidakwarasan setelah ditinggal pergi istri dan anaknya. Tiap hari ia berulah. Ia terus memalak warga setempat, meminta uang secara paksa. Sudah lama warga memendam kebencian kepadanya. Mereka bersepakat untuk menghajarnya. Seorang warga bernama Sutejo bahkan telah menyiapkan pembunuh bayaran. Tiga juta rupiah ongkos untuk menghabisi nyawa si tukang palak itu. Pembunuh bayaran itu berhasil melepaskan peluru kearah dada Petruk. Bersama pembunuh bayaran itu, Tejo membuang jasad Petruk di Kali Babon.

Disitulah titik awal Petruk berubah. Nasib buruk yang hampir menghilangkan nyawanya membuatnya insaf. Ia mulai bertekad mencari istrinya dan meminta maaf atas perlakukannya selama ini. Petruk hanyalah preman kampung dan ia harus berhadapan dengan mafia internasional.

Sejauh aku baca, novel ini sangat menarik dan semua diskripsi masing-masing tokoh sangat nyata dan secara analitis dan dramatis ini berakhir melodramatik. Em... baca sendiri ya kelanjutannya, yang pasti tidak menyesal setiap lembar dari 292 halaman ini memiliki kalimat dan cerita yang membuat pembacanya hanyut dalam kisah yang ada di buku tersebut.

Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health