#Jelajah Waktu

Di bagian pertama, aku telah menceritakan kalau aku salah konstum. Namun, perjalanan menuju kawah Ijen tidak akan pernah kulupakan. Jika aku menutup mata, masih terbayang keindahan pemandangan, langit yang menemanin perjalanan aku dan beberapa teman baru sungguh indah. Pemandangan hutan pinus yang sangat menarik. Sungguh tidak ada kata-kata yang bisa kuucapkan, kami menggunakan tiga motor mengelilingi perjalanan, lumayan panjang juga. Karena sudah lama tidak pernah naik motor dalam jangka waktu yang panjang, pegel badan tidak terasa.


Kami tiba dengan selamat, meskipun hawa dingin sudah mulai mengigit. Aku masih bisa bertahan, para pria sibuk mendirikan dua tenda. Sedangkan aku dan satu teman baru wanita dari Singapura, sibuk memasak air untuk memasak kopi. Biasa para lelaki doyan kopi. Kami pun masak, langit rintik-rintik. Api unggun pun telah dibuat, tetapi bajuku yang tidak sesuai. Aku segera menambah kaos beberapa, bahkan kaos kaki sudah aku lapis tiga. Namun tidak bisa mengusir dingin itu, gigiku sampai bergetar. Mereka memang sudah mempersiapkan dengan sempurna. Sedangkan aku, hanya menyesali diri, kenapa tidak membawa baju hangat dalam perjalananku.

Karena ketidak siapanku, aku jadi malu tidak bisa berada di luar terlalu lama. Padahal, di dalam aku mana bisa tidur. Di tenda juga sangat dingin setidaknya tidak sedingin di luar. Mereka bercakap-cakap, walaupun menggunakan bahasa jawa, tetapi aku paham, kalau beberapa anak mahasiswa itu menyesali sikapku yang “memilih” berada di dalam tenda. Padahal, mereka tidak tahu bahwa aku mengigil segigil-gigilnya. Dingin banget booo....

Jam 12 lewat, malam kian dingin. Tak lama kemudian, suara petugas membangunkan temanku yang ternyata pria singapura itu tidur di luar tenda. Karena pastinya, ia tidak bisa bahasa Indonesia jadi diam saja. Aku yang mendengarnya, menyahut sehingga pria tua itu pergi meninggalkan rombongan kami. Sebelum naik gunung, kami bersiap ke kamar mandi. Gila, airnya dingin banget, mau pee saja tidak tahan untuk membasuhnya, untung ada tissue basah, jadi aman dah.

Perjalanan sangat gelap, kami hanya berlima, satu orang tidak ingin naik ke gunung. Cuaca kali itu sangat buruk. Hujan rintik-rintik. Aku terpaksa membeli jas hujan dari petugas agar baju yang tidak seberapa ini tidak basah dan membuat hawa dingin semakin dingin. Sumpah, aku tidak pernah membohongin diriku bahwa aku anak mama. Jalan menanjak, beberapa kali aku harus berhenti sejenak. Karena tidak sanggup melangkah. Aku jadi malu sama mereka, akhirnya aku minta mereka meninggalkanku saja. Tetapi, ada satu orang dari group yang mengikutinku.

Persiapan yang tidak matang, senter dari ponsel tidak bisa mengusir gelap. Rombongan lain datang silih berganti saling mendahuluin satu dengan yang lain. Langkahku, kuusahakan dipercepat, tetapi dinginnya malam, kaki yang pakai sepatu plastik membuat kakiku berasa beku. Sumpah, aku tidak sanggup menghadapi perjuangan yang masih panjang. Tetapi, tekadku sudah bulat, aku terus mencoba dan mencoba berjalan hingga akhirnya...............


Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health