sumber foto : coolchaser
Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa yang bernama Vendemort, memiliki waduk air yang sangat besar dan airnya tidak pernah habis. Karena di desa tersebut tinggallah peri air yang bernama Purp. Tapi sayangnya penduduk desa tersebut tidak menghargai air yang ada. Mereka menggunakan air itu suka-suka. Menggunakannya tanpa menghemat, karena mereka mengetahui bahwa waduk itu tidak akan pernah kosong. Selalu saja ada isinya dan tidak pernah berkurang. Sehingga mereka tidak menghargai pentingnya air.



Suatu hari peri Purp terbang mengelilingi desa yang tidak terlalu jauh dari waduk. Jumlah penduduk desa itu hanya 50 orang dan mereka hidup damai. Karena desa Vindemort subur dan indah. Apa saja yang mereka kerjakan selalu berhasil. Pada saat mengelilingi desa Vendemort, peri Purp melihat semua tingkah laku penduduk terhadap air yang mereka gunakan.



Salah satunya di rumah keluarga Tobi, ibu tobi sedang mencuci piring. Air dibiarkannya terus mengalir tanpa keran air dimatikan saat menyabunin piring-piring yang kotor. Sehingga air terbuang percuma. Ibu Tobi tidak memperhatikan bahwa ia sedang diperhatikan peri Purp.

Lalu peri yang berukuran ibu jari itu pun melanjutkan perjalannya. Saat itu, ia melihat anak-anak sedang mencuci tangan untuk makan siang, di lingkungan sekolah yang tidak jauh dari kediaman ibu Tobi. Kembali peri Purp duduk diantara perpohonan yang rindang di dekat tempat lokasi anak-anak mengantri untuk mencuci tangan. Sedih hatinya peri Purp saat mengelilingi desa Vendemort dan tidak semua menghargai air, kecuali pak Mul-Mul yang sangat mengerti menghargai pentingnya menggunakan air seperlunya.


Peri Purp pun menceritakan kesedihannya kepada pak Mul-Mul, bahwa penduduk Vendemort tidak menghargai pentingnya menggunakan air seperlunya. “Pak, saya mau pergi dari desa Vendemort. Saya akan kembali lagi jika penduduk disini menghargai pentingnya air digunakan seperlunya,” pamit peri Purp kepada pak Mul-Mul.


Pak Mul-Mul pun mengerti akan keputusan peri Purp. Jika peri Purp pergi meninggalkan waduk di Vendemort berarti keajaiban waduk tersebut tidak ada. Sehingga sumber air di waduk itu akan habis seiring dengan digunakannya air itu oleh penduduk Vendemort. Kepergian peri Purp dari waduk Vendemort tidak diketahui penduduk setempat, mereka terus menggunakan air sesukanya, hanya Pak Mul-Mul yang mengetahui kepergian peri Purp. 


Dalam waktu satu bulan, waduk Vendemort kering. Penduduk pun kebingungan, saat ibu Tobi sedang mencuci piring dan piring masih penuh dengan sabun tetapi air di keran tidak lagi keluar. Begitu juga dengan anak-anak yang sedang mencuci tangan mereka, air tidak lagi keluar. Semua penduduk Vendemort terkejut dengan tidak adanya air yang keluar dari keran mereka. Lalu, mereka beramai-ramai melihat waduk air Vendemort. Betapa terkejutnya mereka, saat melihat tidak ada air yang tersisa di dalam waduk yang besar itu. Air itu benar-benar mengering.


Mereka pun berteriak memanggil peri Purp, tetapi peri Purp tidak keluar. Mereka bingung dan panik. Apalagi pak Joni yang sedang mandi keramas pada saat air tidak keluar, sehingga dirambutnya masih penuh busa sampo. Sangking paniknya, mereka mengunjungi Pak Mul-Mul yang terkenal bijaksana. Pak Mul-Mul pun menceritakan bahwa peri Purp telah pergi, sehingga keajaiban waduk itu lenyap. Mereka pun bingung karena tidak ada lagi sumber air lagi.


“Masih ada sumber air di hutan, tetapi sudah lama tidak digunakan lagi. Sejak adanya waduk Vendemort, mungkin sumber air itu masih berfungsi,” ujar pak Mul-Mul. Pak Mul-Mul pun membuat peta untuk menuju sumber air tersebut. Sumber air itu masih berfungsi tetapi jaraknya sangat jauh. Warga Vendemort bergotong royong untuk mengambil sumber air itu. Karena untuk mendapatkan air bersih sangat susah, sehingga mereka menghargai air bersih. Mereka menggunakan air seperlunya, ibu Tobi pun saat mencuci piring tidak lagi membiarkan air mengalir terus menerus. Ia mematikan dan kemudian menggunakan seperlunya.


Melihat perubahan penduduk Vendemort terhadap penggunaan air bersih. Peri Purp pun kembali menghuni waduk Vendemort. Keajaiban pun terjadi, waduk yang tadinya kosong kini berangsur-angsur kembali penuh. Penduduk yang mendengar peri Purp kembali ke waduk pun mengunjungi peri Purp dan mengatakan penyesalannya terhadap tindakan mereka terdahulu, yang menggunakan air sangat boros dan tidak seperlunya.


“Kami minta maaf peri Purp, karena tidak menghargainya pentingnya menggunakan air seperlunya. Sekarang kami mengerti, kami harus menggunakan air seperlunya,” ujar ibu Tobi, saat mereka melihat peri Purp.


Begitu juga warga setempat menyesali perbuatan mereka. Kini keajaiban kembali pada waduk Vandemort dan warga tidak perlu susah-susah lagi ke hutan untuk mendapatkan air bersih. Tinggal membuka keran dan air pun mengalir. Namun kali ini, warga Vendemort tidak lagi boros dalam menggunakan air. Karena mereka sudah mendapatkan pelajaran berharga dari perginya peri Purp.


Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health