Selamat pagi, puji Tuhan pagi ini cerah, secerah hati yang bersyukur. Nah, renungan pagi kita masih berhubungan dengan yang kemarin lho, readers.

Bisa dibayangkan bagaimana rasanya pada saat dokter memvonis bahwa besok anda akan mati? Bagaimana perasaan anda? Atau bagaimana jika seseorang meminta readers berkorban, apakah readers mau berkorban?

Yuk, let's read this morning worship together

TAMAN NERAKA (Bagian 2)

"Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan keserakahan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, di pukul dan ditindas Allah…. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian" (Yesaya 53:4,6).

Ketika saya pulang ke rumah larut malam, dan dengan sedikit cahaya yang masuk melalui pintu setengah terbuka, saya melihat wajah istri saya yang tertidur. Dan saya bertanya-tanya, bagaimana saya bisa bertahan hidup jika terpisah dari Karen. Hati saya merasa ngeri bila memikirkannya.

Tiga kali di taman pada tengah malam itu, jari-jari tangan menopang di atas tanah yang basah itu,Yesus memohon adanya cara lain. "Jika Engkau kehendaki, Abba, Bapa, Aku mohon… ambillah cawan ini." Tuhan telah meletakkan perbuatan salah kita semua.

Pergumulan hebat karena kenyataan berpisah kekal dari Bapa akibat dosa mencekik kehidupan Sang Anak. Jika Ia meminum cawan itu, maka racun itu adalah kematian kekal, selamanya terpisah dari Bapa yang dikasihi salama hidup-Nya. "Nasib umat manusia berada di ujung tanduk.

Kristus mungkin saja sekarang menolak meminum cawan yang seharusnya milik manusia yang bersalah. Belum terlambat. Ia bisa saja menyeka keringat darah dari kening-Nya, dan meninggalkan manusia binasa dalam perbuatan salahnya" (The Desire of Ages, hlm. 690).

Apakah itu suatu godaan? Anda tidak berpikir bahwa Yesus sendirian di taman itu, bukan? Jika malaikat pemberontak yang telah jatuh itu mencobai Kristus di padang belantara pada permulaan pelayanan-Nya, tidakkah pemimpin kegelapan bersama semua pasukan roh jahat juga ada di taman itu?

Hanya saja kini taruhannya lebih tinggi bagi Setan dan kerajaannya. Karena jika Yesus keluar dari taman itu malam ini dan pergi menuju Kalvari keesokan harinya sebagai kurban Ilahi bagi dosa dan orang-orang berdosa , maka itu adalah lonceng kematian bagi si ular itu, yang tentunya malam itu menjerit dengan amukan kejamnya :

"Pulanglah ke Abba-Mu, Anak Bapa. Orang-orang yang untuknya Engkau akan mati, umat yang malang itu adalah milikku, karena akulah pemimpin mereka. Pulanglah, Anak Bapa. Mengapa Engkau harus mati selamanya !"

Dokter Lukas sajalah yang mencatat kondisi aneh yang disebut hematidrosis, pendarahan pembuluh darah di permukaan menuju kelenjar keringat di bawah penderitaan mental yang ekstrim (Luk. 22:44).

Tanah berkeringat dan berdarah di bawah bentuk tubuh Anak Manusia yang bersujud di taman cukup menjadi bukti bahwa cawan keselamatan kita bergetar di tangan-Nya . dan sekali lagi, adakah Kasih-Nya begitu kuat sehingga memilih mati selamanya … bagi kita?

*Kematian selalu menjadi momok yang menakutkan? Kenapa demikian, perpisahan, kesakitan, ketakutan yang terutama. Tapi bagaimana mungkin Yesus anak manusia juga merasakan yang sama? Tentu saja TIDAK!

Yesus merasa takut bukan pada kematian itu sendiri. Melainkan beban berat akan dosa yang ditanggungNya. Dosa yang dibuat manusia semua berada dipundaknya. Berat, sakit dan tidak kuat menanggung penderitaan itu sendiri. Yesus menyerahkan semua pikulan beban kepada Bapa sebelum para tentara menjemput Dia.

Yesus juga meminta jika boleh cawan ini berlalu, begitu beratnya dosa-dosa kita yang dipikulnya. Sehingga Ia tidak sanggup menanggungnya. Ditambah lagi setan menggodaNya untuk segera pulang kepada Bapa. Pergumulan yang hebat pasti terjadi di taman getsamani.

Sudah bisa dipastikan Yesus menang dalam pergumulan tersebut. Tetapi bayangan mengenai Yesus berdoa tiga kali berturut-turut dengan kata-kata yang sama. Menurutku, Yesus benar-benar merasakan kepedihan dan kesakitan yang luar biasa karena harus berpisah dari Bapa dan dari umat manusia yang dikasihiNya.

Karena setelah kematianNya. Yesus tidak lagi tinggal di dunia. Melainkan menyiapkan surga bagi umat Tuhan yang bertahan. Yesus mengetahui hati muridnya, Yesus tahu apa yang akan mereka lakukan dan bisa dipastikan. Namun poinnya bukan itu pada hari ini bukan?

Mengambil keputusan sulit menyelamatkan atau meninggalkan kita. Bisa dibayangkan atau tidak? Jika Yesus berpaling makan dosa-dosa kita akan terus melekat, beban berat akan terus menghimpit. Tidak ada janji keselamatan bagi yang setia. Puji Tuhan, janji keselamatan telah diberikan melekat erat pada tangan Yesus yang dipaku di kayu salib.


Everyone deserve to get best style
www.dwirafashion.com

God bless us
BlackBerry®

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health