Dasar sableng, aku menghabiskan waktuku hampir seharian membaca. Kenapa aku bisa bilang begitu. Ya, tidak heran... Karena sejak Selasa sore, aku membaca karya Dee dengan judul Perahu Kertas. Karya yang luar biasa menarik dan saling terkait. Dua jempol tuk bu dee.

Meskipun dah minjam sejak seminggu lalu, memaksakan kak Dena tuk membawakan buku itu ke lapangan basket. Jangan berpikir, aku main basket xixi --dasar geer-- Karena di lapangan basket --kembali mengingat pria-pria tinggi itu bertanding-- ada pembukaan turnamen walikota cup 3.

Alhasil, sedikit mengingatkan di SMS --gw sms gak ya, koq jadi lupa-- em di FB berulang-ulang.. teng, treng teng --ikut gaya kawan-- buku itu sampai juga ditanganku. Akhirnya masuk ke dalam tas ransel yang selalu ku bawa kemana-mana, praktis dan besar xixi.....

Begitu mau baca, mata dah mengantuk. Apalagi besok mau ke gereja. Alhasil, niat itu pun ku telan bulat-bulat. Buku yang bercover perahu kertas itu, kembali menjadi penghuni ranselku. Banyaknya pekerjaan, pikiran kacau, pressure sana-sini, baru selasa sore itu aku punya kesempatan kembali menyentuh buku itu.

Nama Keenan, Kugi pada cover belakang menghiasi setiap lembar kisah dalam perahu kertas. Kisah yang menarik, pasti sebagian sudah membaca. Jadi tidak perlu aku jabarkan dalam curhatku kali ini, bahkan tidak aku buat review buku yang pernah aku baca. Padahal buku itu mank layak, dijadikan kenangan dalam tiap baris bait dalam tulisan.

Tulisan dee itu mengingatkanku pada masa aku SMA dulu. Aku pernah menulis mengenai kisah tersebut, walau tak 100 persen sama, tetapi 30 persen ada kesamaan dalam tokoh buku tersebut, namun kebalikan dari buku itu.

Tokoh pertama merupakan seorang wanita yang memiliki cita-cita sebagai pelukis dan penulis --serakah ya-- namun niat itu ditentang mamanya. Ah, sudah lah, aku juga tidak mau mengingat tulisan 11 tahun silam itu.

Karena bangkainya sudah tidak ada. Walaupun aku kecewa, tetapi nasi sudah menjadi bubur. Barang-barang 'pusakaku' jadi bangkai dan tak berbentuk. Begitu kata mama, waktu aku kembali ke Tanjungpinang setelah lulus kuliah.

Padahal, aku ingat betul 100 persen, em lebih 1000 persen. Barang2 pusakaku kusimpan dalam kardus dan kutaruh dibawah ranjangku agar tetap keramat saat aku pulang. Di sana naskah cerpen, calon bukuku dan juga koleksi idolaku --the moffatts-- tak bersisa sama sekali. Eh, terlalu berlebihan, masih tersisa sedikit, tapi bukan naskahku melainkan koleksi artis penyanyiku.

Ah, kenangan pahit itu kembali aku rasakan, saat membaca tokoh Kugy. Unik ya, dee bisa menggambarkan begitu jelas dan menarik, penuh makna tersirat dalam setiap kisah babak dalam buku itu. Aku terharu, aku menangis dan tersenyum membuat imajinasiku ikut terusik dalam tiap barisan kata. Sederhana, lugas dan menarik.

Sangking menariknya, aku terus dibuatnya penasaran --atau kutu bukuku kumat lagi-- aku melumat bacaan itu sampai selesai dibaca. Tak peduli tempat dan waktu, setiap ada kesempatan, aku mengeluarkan buku itu dan membacanya.

Akhirnya perahu kertas telah berlabuh. Aku jadi menyesal, kenapa terlalu cepat menyelesaikannya dan membuatku harus mencari bacaan lain yang lebih menarik. Karena saat ini, aku tidak punya tenaga dan inspirasi untuk memulai kembali tulisan2 dan kenangan yang ada dalam benakku.

Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health